Brrr! Saya dan dua rekan wartawan serta satu pendamping dari vendor yang mengundang kami langsung disambut oleh udara yang dinginnya menusuk sampai ke tulang sewaktu melangkah keluar dari bandara Beijing Capital International. Suhu terendah di ibukota Cina ini pada bulan April, bulan kedatangan saya waktu itu (tahun 2007), memang bisa mencapai 7 derajat Celcius! Untungnya, saya sudah mempersenjatai diri dengan baju dobel, jaket tebal (saya beli khusus untuk perjalanan ini dengan harga murah di factory outlet :p), dan kaus kaki yang juga tebal. Sayang banget kan kalau sampai jatuh sakit cuma gara-gara cuaca.
Ada kejadian lucu tentang udara dingin ini. Sewaktu saya dan wartawan yang lain duduk menunggu di dalam bis yang akan membawa kami kembali ke hotel sehabis dinner bersama (kira-kira jam 9 malam), saya terbengong-bengong mendapati seorang gadis berjalan melewati bis kami sambil menjilati es krim. Bisa-bisanya dia makan begituan di cuaca sedingin ini! Tapi yah, namanya juga penduduk asli, tingkat kekebalannya pasti beda ya :p
Di Beijing, meski suasana kotanya terasa "dingin" dan kaku, toh layak dikunjungi karena ada banyak sekali pusat wisata bersejarah yang sayang sekali kalau dilewatkan. Saya beruntung ditemani oleh pendamping yang sama-sama belum pernah ke sini, sehingga dia sama excited-nya dengan saya untuk melihat-lihat semua objek yang ada. Jadi pergilah kami ke Tiananmen Square yang legendaris itu, Forbidden City, hingga, tentunya, The Great Wall. Wah, tak terkirakan girangnya saya bisa ke sini. Terus terpilih sebagai salah satu dari 7 Wonders of the World, lokasi ini memang breathtaking.
Tapi pengalaman paling "menarik" bagi saya selama di Cina adalah ketika kami mampir ke Summer Palace. Di sini, setelah hampir selesai mengelilingi kompleksnya yang cukup luas, kami bersua dengan beberapa pedagang kaos murah. Kalau dirupiahkan, kira-kira harganya jadi 20 ribu rupiah per kaos. Kami yang tadinya terus menolak, akhirnya tertarik juga. Apalagi kualitasnya lumayan bagus dan gambarnya juga oke. Selesai memilah-milih dan akan membayar, saya ingat si pedagang menerima uang saya, menyimpannya, lalu tiba-tiba marah-marah, mengatakan uang saya cacat. Dia minta diganti. Dengan sedikit bingung, saya tukar uang tersebut dengan yang baru. Lalu, ada pedagang lainnya yang bilang bersedia menukar uang 100 yuan saya dengan dua lembar 50 yuan. Saya menolak. Tapi ternyata teman-teman saya bersedia.
Pengalaman ini mungkin tidak akan jadi "menarik" jika belakangan tidak kami ketahui bahwa ternyata uang hasil transaksi kami dengan mereka (ya uang kembalian, uang hasil menukar) ternyata palsu adanya. Yes, shit do happens :p Dan saya cukup sebal karena guide kami kurang tanggap, tidak mewanti-wanti kami soal maraknya penipuan dengan cara ini di area pusat wisata. Dia baru ngomong setelah dia melihat uang palsu kami. Triknya licik juga, dia sengaja menerima uang saya dulu, lalu mengeluarkan uang palsunya yang dirobek sedikit, lalu memanfaatkan kebegoan saya (enggak tahu kondisi uang saya sendiri) dengan mengatakan uang saya cacat lalu minta ditukar.
Saya ingat seorang rekan wartawan dari Malaysia sempat ngomong, setelah mendengar pengalaman kami, bahwa hal semacam ini bisa jadi aib yang memalukan bagi Cina yang saat itu sedang mempersiapkan Beijing sebagai tuan rumah Olimpiade 2008. Saya juga jadi sadar, bahwa saya cenderung lebih off-guard, kurang waspada, jika sowan ke suatu negara memakai pendamping dan guide seperti ini. Jika bepergian seorang diri atau dengan teman-teman, mungkin saya tidak akan semudah itu termakan rayuan si pedagang.
Yang lucu, salah satu dari kami, yang rugi cukup banyak gara-gara penipuan itu, sempat nekat menukarkan selembar uang palsunya di money changer bandara tempat kami transit (tidak perlu saya sebutkan di sini :p). Kami sudah mewanti-wantinya supaya jangan melakukannya, khawatir ketahuan, lalu kami disangka terlibat, kan bisa berabe :p Tapi toh dia coba juga. Dan ternyata pihak money changer tersebut percaya saja dan mau menerima si uang palsu :D
Thursday, October 22, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
gue juga pernah ketipu di hongkong. bukan uang palsu, tapi uang yang udah ga berlaku lagi. untung ga banyak..
ReplyDelete