Tuesday, November 3, 2009

Buku lagi buku lagi


Sebagai orang yang suka sekali membaca, saya senang sekali main ke toko buku setiap kali ke luar negeri. Waktu ke Singapura bersama teman-teman, saya main ke Bras Basah dan menemukan banyak buku seken yang saya cari dengan harga murah (sekitar 30 ribu rupiah). Di Taipei, saya berkunjung ke Page One yang berada di dalam Taipei 101 Mall dan dua cabang Eslite yang sangat populer di sana karena buka sampai 24 jam (kebetulan letaknya tidak terlalu jauh dari Hotel Grand Hyatt tempat saya menginap, jadi saya tinggal jalan kaki). 

Ada kejadian menarik sewaktu saya sedang mencari-cari lokasi Eslite seorang diri, jalan kaki dari hotel, berbekal peta kecil yang diberikan oleh pihak hotel. Ketika sedang celingukan, bingung karena tidak menemukan nama jalan yang saya cari, saya coba bertanya pada seorang gadis cantik yang sedang lewat. Saya tunjukkan peta itu, yang di dalamnya tertera tulisan Eslite dalam bahasa Inggris maupun Cina, lalu saya bertanya: Where is this?

Betapa kagetnya saya karena ternyata dia tuli dan berbicara layaknya Marlee Matlin di serial televisi zadul Reasonable Doubts yang dulu sangat saya gandrungi (Mark Harmon ganteng banget di situ :p). Dia baik sekali. Ketika saya tidak memahami jawabannya, ia mengisyaratkan supaya saya mengikutinya. Ternyata dia juga bermaksud mendatangi toko buku tersebut, jadi saya tinggal mengekor saja. Andai saya tidak bertanya, besar kemungkinan saya akan selamanya sesat di jalan, karena si Eslite ternyata ada di dalam gedung pertokoan yang dari luar tidak terlihat seperti pertokoan :p

Kali keempat saya ke Singapura, kali ini seorang diri, saya memuaskan diri dengan sowan ke Borders, Kinokuniya, dan Harris. Kecuali Kinokuniya, waktu itu sedang ada sale sampai 50%, jadilah saya pulang ke tanah air membawa oleh-oleh buku. Di Kuala Lumpur belum lama ini, saya dan seorang teman juga sukses membeli beberapa buku di Borders dan Kinokuniya. Sayang, kami sempat kecewa berat karena Borders di mal Berjaya Group Berhad, yang diklaim sebagai Borders kedua terbesar di dunia, ternyata lebih kecil dibandingkan cabang Singapura. Katanya sih toko buku ini dulunya memang sangat besar, tapi kemudian direnovasi sehingga hanya menempati satu lantai.  

Kadang-kadang saya mikir, ngapain ke luar negeri malah beli buku? Tapi ya saya memang menikmatinya. Saya jarang sekali belanja baju, kecuali waktu di Bangkok, karena saya sudah jatuh cinta dengan produk distro Bandung dan tak mau pindah ke lain hati. Sedangkan buku, well, it's just seems worth it to buy anywhere. Tapi saya selalu membelinya pas ada diskon saja kok, kecuali waktu di Eslite. Saya "terpaksa" membeli sebuah novel supaya punya kenang-kenangan saja (berhubung sedang tidak ada diskon), karena siapa tahu saya tidak berkesempatan ke sana lagi :p

Oh ya, soal distro Bandung, saya sempat mengalami kejadian lucu sewaktu menemani teman membeli coklat di salah satu toko di KLCC Suria Mall. Sementara teman saya memilih coklat, saya yang sedang berdiri di depan kasir, mendapati sang kasir, seorang pemuda bertampang melayu, berulang kali menatap saya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Kenapa dia? pikir saya. Akhirnya kebingungan saya terjawab ketika dia tiba-tiba berkata: Baju, Ouval. Tas, Gummo. Pasti orang Indonesia ya?

Waa, saya senang sekali, ternyata ada yang mengenali produk buatan anak bangsa! Saya langsung bertanya: Kamu dari Indonesia? Tapi cuma ditanggapinya dengan senyam-senyum tanpa mengkonfirmasi. Dugaan saya sih, kalau dia bukan orang Indonesia, mungkin dia anak muda Malaysia yang juga ngefans sama distro Bandung :D

No comments:

Post a Comment